Halaman

Senin, 03 Juni 2013

Sketsa Hidup Sinar (cerpen)

yaampuuun :3 ini ceritanya ternyata pas aku masih kelas 6 SD loh. aku buat cerita ini pas kelas 6. woow, hahaha. ga nyangka masih ada :D (no edit) ;)

Sketsa Hidup Sinar
Sarah Chairina Melinda


                Batu. Kota Batu. Ya, disanalah Sinar tinggal. Menetap, dan mencari nafkah. Suaminya telah meninggal 3 tahun yang lalu. Tetapi ia tak akan pernah putus asa, karena masih ada buah hati yang menjadi semangat hidupnya. Bulan. Bulan Suwardoyo Sinarsih.

                Gadis kecil itu selalu bertingkah lucu. Umurnya masih 7 tahun. Sejak kecil, ia di beri pengetahuan tentang bunga dan tumbuhan oleh ayahnya. Karena itulah Bulan mempunyai watak yang penyayang lingkungan serta cerdas. Ia senang sekali melihat beraneka macam bunga cerah.

                2 tahun lalu, tepat 1 tahun setelah ayah dari Bulan meninggal, Sinar masih saja menganggur dan menggantungkan biaya hidup dari sisa tabungan suaminya. Dulu, suaminya kerja di sebuah pabrik rokok. Gaji per-bulannya cukup untuk biaya sehari hari dan lumayan juga untuk di tabung. Namun, Sinar tahu, bila ia masih juga tak bekerja, tabungan suaminya akan habis di makan waktu. Pasti malang nasibnya setelah itu.

                Sinar  terus memikirkan hal itu. Ia sudah mencoba melamar di sana sini. Menjadi kasir, pelayan restoran, tetap saja tidak bisa. Ia tidak mempunyai ijazah SMA. Mau saja ia menjadi pramuwisma. Akan tetapi bagaimana Bulan? Sejumlah rumah telah ia datangi dan semua menolak bila Bulan harus ikut. “nanti kamu jadi repot sendiri dengan urusan anakmu.” Begitu kata mereka.

                Tak jarang ia berkeluh kesah pada foto almarhum suaminya. Bila ia sudah pusing, biasanya ia akan ke kamar mandi, mengambil wudlu, dan segera membaca al-Qur’an sambil menangis. Kalau sudah begitu, biasanya Bulan cepat-cepat menghampiri ibunya dan memeluknya dari belakang. “Ibu kenapa?” “Sedih ya, bu, ditinggal ayah kerja? Bulan juga sedih bu. Lagi pula mengapa ayah lama sekali pulangnya? Ayah sedang mencari uang untuk kita ya, bu? Bulan kangen di gendong ayah, bu.”

                Bulan tersenyum merekah. Di usianya yang saat itu masih berumur 5 tahun, Sinar semakin bangga padanya. Ia heran pada kecerdasan anaknya dalam membantunya. Betapa tidak. Bulan berkata bahwa ia ingin sekali di kelilingi oleh banyak tumbuhan dan bunga. Dan itu menimbulkan niatan. Sebuah niatan yang di yakini Sinar akan meluruskan jalan.

                Jadilah sekarang. Berkat keinginan Bulan, Sinar memberanikan diri membuka bisnis bunga dan tumbuhan. Walau tidak terbilang sukses besar, Sinar tetap bersukur dan bahagia. Bahagia penuh arti. Bersama mutiara mungilnya, ia meniti kehidupan yang perlahan terang.

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hey, it's okay to make mistakes :)

It all start with your ego. Ego comes, it ruins everything and it causes anything you didn't wan't. Sadness & tears bravely take...