yaampuuun :3 ini ceritanya ternyata pas aku masih kelas 6 SD loh. aku buat cerita ini pas kelas 6. woow, hahaha. ga nyangka masih ada :D (no edit) ;)
Sketsa Hidup Sinar
Sarah Chairina Melinda
Batu. Kota Batu. Ya, disanalah
Sinar tinggal. Menetap, dan mencari nafkah. Suaminya telah meninggal 3 tahun
yang lalu. Tetapi ia tak akan pernah putus asa, karena masih ada buah hati yang
menjadi semangat hidupnya. Bulan. Bulan Suwardoyo Sinarsih.
Gadis kecil itu selalu
bertingkah lucu. Umurnya masih 7 tahun. Sejak kecil, ia di beri pengetahuan
tentang bunga dan tumbuhan oleh ayahnya. Karena itulah Bulan mempunyai watak
yang penyayang lingkungan serta cerdas. Ia senang sekali melihat beraneka macam
bunga cerah.
2 tahun lalu, tepat 1 tahun
setelah ayah dari Bulan meninggal, Sinar masih saja menganggur dan
menggantungkan biaya hidup dari sisa tabungan suaminya. Dulu, suaminya kerja di
sebuah pabrik rokok. Gaji per-bulannya cukup untuk biaya sehari hari dan
lumayan juga untuk di tabung. Namun, Sinar tahu, bila ia masih juga tak
bekerja, tabungan suaminya akan habis di makan waktu. Pasti malang nasibnya
setelah itu.
Sinar terus memikirkan hal itu. Ia sudah mencoba
melamar di sana sini. Menjadi kasir, pelayan restoran, tetap saja tidak bisa.
Ia tidak mempunyai ijazah SMA. Mau saja ia menjadi pramuwisma. Akan tetapi
bagaimana Bulan? Sejumlah rumah telah ia datangi dan semua menolak bila Bulan
harus ikut. “nanti kamu jadi repot sendiri dengan urusan anakmu.” Begitu kata
mereka.
Tak jarang ia berkeluh kesah
pada foto almarhum suaminya. Bila ia sudah pusing, biasanya ia akan ke kamar
mandi, mengambil wudlu, dan segera membaca al-Qur’an sambil menangis. Kalau
sudah begitu, biasanya Bulan cepat-cepat menghampiri ibunya dan memeluknya dari
belakang. “Ibu kenapa?” “Sedih ya, bu, ditinggal ayah kerja? Bulan juga sedih
bu. Lagi pula mengapa ayah lama sekali pulangnya? Ayah sedang mencari uang
untuk kita ya, bu? Bulan kangen di gendong ayah, bu.”
Bulan tersenyum merekah. Di
usianya yang saat itu masih berumur 5 tahun, Sinar semakin bangga padanya. Ia
heran pada kecerdasan anaknya dalam membantunya. Betapa tidak. Bulan berkata
bahwa ia ingin sekali di kelilingi oleh banyak tumbuhan dan bunga. Dan itu
menimbulkan niatan. Sebuah niatan yang di yakini Sinar akan meluruskan jalan.
Jadilah sekarang. Berkat
keinginan Bulan, Sinar memberanikan diri membuka bisnis bunga dan tumbuhan.
Walau tidak terbilang sukses besar, Sinar tetap bersukur dan bahagia. Bahagia
penuh arti. Bersama mutiara mungilnya, ia meniti kehidupan yang perlahan
terang.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar